Bagi masyarakat di seputaran Tanah Besemah di Lembah Dempo, Masumai ini adalah hantu penculik manusia, bagi manusia yang telah diculiknya tidak akan pernah kembali lagi ke keluarganya. dan apabila ada yang masih dapat kembali lagi ke keluarganya itupun sudah kembali dalam keadaan linglung atau gila. Dan di kalangan pendaki Gunung Dempo, juga selalu ditekankan akan adanya legenda masyarakat ini. Apabila akan mendaki gunung hendaknya tidak berbuat hal-hal yang melanggar norma susila, karena Masumai ini sangat membenci pelanggaran norma susila di daerah kekuasaan mereka, yaitu di daerah gunung. Dikarenakan sudah banyak cerita dari zaman dahulu, tentang pendaki gunung Dempo baik dari masyarakat luar ataupun masyarakat keturunan orang Besemah yang hilang dan dianggap telah dimakan oleh Masumai. Masumai ini sangat ditakuti apabila mereka sudah turun gunung, waktu turunnya mereka adalah menjelang fajar atau sore menjelang malam. Apabila ada anggota masyarakat yang hilang dan tidak pernah kembali itu biasanya diasumsikan sudah "dimakan" Masumai.
Oleh sebab itu pada masyarakat di sekitar pegunungan dan lembah Gunung Dempo, ditanamkan kepercayaan apabila sudah menjelang malam ataupun sebelum fajar khusus anak-anak diwajibkan untuk sudah berada di rumah masing-masing untuk menghindari Masumai ini. Konon cerita manusia yang diculik atau ditangkap oleh Masumai ini, apabila yang dewasa akan dijadikan korban persembahan untuk sesembahan mereka, dan untuk anak-anak yang masih kecil akan dijadikan pengikut mereka menjadi anak buah gerombolan Masumai yang berwujud setengah manusia setengah jin.
Gerombolan Masumai ini telah hidup beribu-ribu tahun lalu di kawasan puncak Gunung Dempo dan sekitarnya, mereka mempunyai masa hidup yang panjang bisa ratusan tahun bahkan ribuan tahun. Gerombolan Masumai ini dipimpin oleh seorang Ratu, dengan wilayah kekuasaan meliputi Gunung Dempo dan sekitarnya. Lembah Dempo menjadi wilayah yang mencekam dan menakutkan diwaktu menjelang malam hingga menjelang fajar, penculikan sering terjadi baik dewasa maupun anak-anak. Walaupun pengawasan ketat diberlakukan untuk anggota keluarga, tetapi masih saja ada warga yang kehilangan salah satu anggota keluarganya. Peristiwa ini sering terjadi di waktu bulan purnama.
Menurut cerita tetua-tetua masyarakat di jaman dulu, pernah kejadian dalam satu waktu satu keluarga disaat menjelang malam sedang berkumpul untuk makan malam dirumahnya. Tanpa diketahui kapan dan dimana asalnya, sekonyong-konyong datanglah Masumai yang berbadan tinggi besar, hitam dan berbulu dengan jubah panjangnya, matanya melotot merah dengan gigi taring yang besar dengan tanduk di kepalanya. Tanpa aba-aba dan isyarat apapun Masumai itu mengambil salah satu anak kecil mereka dan langsung membawanya pergi di kegelapan malam. Seluruh anggota keluarga tersebut terkejut dan dalam keadaan mencekam, mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka seolah-olah terhipnotis dengan penuh ketakutan akan kedatangan Masumai tersebut, selang beberapa saat mereka baru sadar akan hal yang sedang terjadi. Dan mereka melakukan pengejaran, akan tetapi hanya bebauan wangi bunga saja yang tercium di udara dan sosok yang mereka kejar telah hilang entah kemana. Kejadian tersebut terjadi secara berulang-ulang tanpa dapat dicegah.
Masyarakat di sekitaran Lembah Dempo akhirnya hafal dengan tanda-tanda kehadiran Masumai itu, ialah apabila pada masa bulan purnama, matahari sudah tidak menampakkan lagi sinarnya dan muncul wewangian bunga. Maka bersiaplah, untuk saling menjaga sesama anggota keluarga agar tidak keluar dari rumah atau tempat tinggal mereka.
Demikianlah kejadian tersebut terjadi hingga beratus-ratus tahun, hingga hadirnya tiga Dewa legenda Besemah yang mengubah keadaan, mereka mampu melawan dan mengendalikan para Masumai sehingga tidak lagi menganggu kehidupan manusia di kawasan Lembah Dempo. Para Dewa itu yaitu Diwe Atung Bungsu, Diwe Gumay, Diwe Semidang, mereka menjadi Tiga Serangkai penguasa Kawasan Lembah Dempo, sehingga tercipta kehidupan yang damai tenteram di masyarakatnya. Selain itu Tiga Serangkai ini menetapkan batas wilayah kekuasaan antara manusia dengan para Masumai, yaitu para Masumai hanya berhak mendiami kawasan di seputaran puncak Gunung Dempo saja.